Luk 12:22-34
“Karena di mana hartamu berada di situ hatimu berada” (Luk
12:34).
Orang-orang modern menaruh target tinggi terhadap hidupnya dan merencanakan
hidupnya dengan program-program yang sedemikian pasti sehingga target ini
sedapat mungkin bisa tercapai. Mereka membiarkan diri mereka tengelam dalam
aneka kesibukan yang memungkinkan segala rencana hidupnya dapat berjalan dengan
sempurnah. Segala kekuatan pikiran, kemampuan merasa dan berempati, daya usaha
dan energy rela dihabiskan untuk mencapai yang namanya impian dalam hidup.
Mereka rela menyesuaikan dirinya dengan selera dunia jika itu memang hal
penting yang disyaratkan guna mencapai kesuksesan hidup. Bahkan tak jarang
mereka harus bertarung, mengalahkan dan menyingkirkan orang lain guna menjadi
seorang pemenang karena demikianlah yang dinginkan dunia yang kompetitif. Mereka takut
menjadi seorang pecundang, sebab dunia tidak pernah mencatat sejarah
orang-orang yang kalah. Mereka kuatir
dicampakkan oleh dunia. Mereka takut tidak dianggap oleh orang-orang di sekitarnya
karena tidak mampu menampilkan kwalitas hidup yang tinggi. Dan sekalipun bila
semua impiannya telah tercapai, mereka tetap kuatir kalau-kalau keberhasilan
mereka akan diambil oleh orang lain. “…mereka kuatir akan hidupnya, akan apa
yang akan mereka makan “ (12:22). Mereka kuatir bahwa penampilannya tidak
menarik lagi. Tidak langsing atau indah lagi. “…mereka kuatir akan tubuhnya
akan apa yang hendak dipakai” (12:22).
Karena dimana hartamu berada di situ pulalah hatimu berada.
Tidak ada yang salah mengidamkan harta di dalam hati. Karena dengan demikian
kita punya motivasi untuk mengejarnya dengan sungguh-sungguh. Tetapi harta
seperti apakah yang sesungguhnya harus menjadi target hidup kita. Yesus hari
ini memberi inspirasi positip tentang harta yang tidak dapat menjadi usang,
yang tidak dapat didekati pencuri dan tidak dapat dirusakkan ngengat. Harta itu bukanlah sesuatu yang ditambahkan
dari luar. Melainkan harta yang berasal dari dalam diri. “sebab hidup itu lebih
penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian” (12:23).
Kedamaian sejati dating karena kedekatan dengan Allah, penyerahan diri pada
penyelenggaraan ilahi dan pelayanan pada sesama. Trend hidup modern bukan lagi
semangat untuk saling mengalahkan. You must be the winner. Tetapi we must be
the winner. Semangat win win solusion. Semua menjadi pemenang. Dengan semangat
ini kita mendekati orang lain bukan sebagai lawan melainkan sebagai kawan yang
akan saling membantu untuk sama-sama mencapai tujuan kebahagiaan yang sama. Sebagaimana
dikatakan oleh Santo Vincentius dalam jalan Vincentius: “ mengasihi seseorang
sesungguhnya berarti mengharapkan yang baik bagi orang itu”.
Oleh: Appeles Hugo