Ayah. Aku telah menjadi seorang untuk empat bulan labih. Bagi Filio anak yang telah hadir ditengah-tengah kami. Buah kasih yang tiada bandingannya ini. Malam ini ia menangis histeris, rupanya ia masih kesal karena tadi tidurnya terganggu. Ia menangis sejadi-jadinya. Tetangga-tetangga jadi ikut prihatin. Semua berdatangan. Padahal istriku sudah berusaha menengkannya. Ia tetap histeris. Aku jadi kalang kabut. Istriku bilang jangan panik, tapi aku sudah tidak tahan lagi. Filio kurebut dan kugendong. Aku lantas bersuara lebih keras, berusaha mengalahkan erangannya. Dia mulai sadar. Agak tenang, berhenti sesaat. Tapi tetap ingin berteriak lagi. Kami akhirnya kuat-kuatkan suara. Dia mungkin mulai sadar kalau ini suara ayahnya. Ia perlahan mulai tenang. Kubisiki kata-kata lembut di teilinga. Akhirnya ia benar-banar tenang. Dan tertidur. Mungkin juga kecapean. Kutimang-timang lagi, kutepuk-tepuk lagi pantatnya. Ia semakin terlelap.
Begini jadinya jadi ayah. Menenangkan putra yang sedang kalut adalah juga tugas utamanya. Aku sadar ia begitu tergantung padaku. Darah dagingku begitu terikat denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar