Bukan suatu kebetulan renungan ini dibuat menjelang pertandingan knock out 16 besar liga champion Eropa antara Barcelona melawan Arsenal. Saya menyebut ini suatu keterkaitan yang indah. Kaitan itu ada pada sebuah nama: Messi. Leonil Messi adalah pemain kunci di klub Barcelona. Pemain terbaik dunia 2010 ini jelas-jelas menjadi momok tersendiri bagi pemain belakang lawan klub manapun. Ketika kaki-kaki lincahnya mulai mengoceh bola semua mereka seolah tersihir untuk hanya mengagumi pesona lekukan tariannya. Sampai tiba-tiba bola sudah bersarang di gawang mereka, barulah mereka siuman. Itulah Messi. Seorang pemain belakang Arsenal menjelang pertandingan ini mengatakan, bahwa semua pemain Barcelona memang hebat tapi Messi tetap menjadi perhatian utama. Tapi apa yang dikatakan Messi menjawab pujian hebat ini. Ia malah balik memuji pemain lawan. Menurut Messi satu-satunya pemain yang harus mendapat perhatian adalah Teo Walcot. Inikah kerendahan hati seorang Messi?
Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” sebuah nama indah yang muncul dari seorang murid Yesus yang tahu persis siapa gurunya. Jawaban itu sepertinya tidak murni ungkapan Spontan Petrus semata, tapi lebih dari itu. Inilah jawaban putra-putri Daud yang telah sangat lama merindukan datangnya seorang penyelamat. Secara khusus penyelamat yang dapat membebnaskan bangsa mereka dari situasi terjajah oleh bangsa asing. Tetapi apa tanggapan Yesus atas jawaban Petrus itu. “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Inilah kerendahan hati seorang Mesias. Ia tidak segera besar kepala karena menyandang predikat juruselamat seperti yang mereka bayangkan. Tapi Ia malah merendah. Ia tidak ingin dihormati oleh orang-orang dunia ini. Karena keselamatan yang dibawaNya adalah keselamatan yang abadi. Selamat dari penjajahan maut. Keselamatan yang demikian harus ditempuh dengan jalan penderitaan dan kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar