Luk 11:29-32
Angkatan ini adalah angkatan yang mempersonifikasikan dengan sangat tegas adagium yang dilekatkan padanya; Homo est simbolicum animalae. Seluruh tampilan dirinya adalah pemaknaan berlapis dari beragam symbol yang dipakai dirinya dan komunitasnya. Rentetan symbol membentuk tanda atau sign (signal) yang memungkinkannya untuk berkomunikasi; mensyeringkan makna kepada sesamanya. Signal kemudian menjadi dewa baru yang diburu demi memuluskan hidup manusia dewasa ini.
Seluruh atmosfir kita pun, akhirnya disesaki oleh beragam signal, dari signal-signal super-elektromagnetik sampai signal gelombang radio frekuensi rendah. Signal adalah jawaban atas kebutuhan super-sibuk manusia akan informasi dan keinginan membangun relasi. Baik dari sekedar say hallo maupun sampai pada diskusi super- penting tentang dampak reaksi radiasi nuklir yang akan segera mengancam kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Ya, manusia memang tidak dapat terpisahkan sama sekali lagi dari yang namanya signal. Lihat saja, jika penunjuk signal di handphonenya hilang, ia dapat seketika pusing tujuh keliling. Semua terasa mandek, berhenti, mau mati rasanya. Segera ia akan berlari ke sana kemari untuk sekedar menemukan yang namanya signal. Sebab kalau signal sampai hilang bisa berakibat fatal. Seorang pengusaha yang sedang membuat deal-deal penting usaha dengan kleinnya melalui telephone genggam bisa gagal mencapai kata sepakat kalau tiba-tiba pembicaraan serius itu sampai putus. Seorang suami yang sedang kangen dengan istrinya, bisa uring-uringan kalau setiap kali HP istrinya dihubungi, jawaban yang didapatnya adalah nomor yang anda tujuh sedang berada di luar jangkauan. Ia mungkin bisa curiga apakah istrinya memang sedang berada di luar kota, tetapi bersama siapa? Padahal mungkin istrinya juga sendang kebingungan karena signal di area sekitar rumahnya still in trouble.
"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” (Luk 11: 29) Yesus tidak memberikan tanda kepada orang-orang yang datang kepadanya. Mereka menghendaki suatu tanda, karena memang mereka tidak akan percaya kepadaNya kalau belum melihat suatu tanda dariNya, tetapi Yesus tidak menunjukan suatu tanda apapun kepada mereka. Ketegasan Yesus ini hendak mengungkapkan suatu kebenaran ini, yaitu bahwa antara tanda dan orang yang diberi tanda mempunyai kaitan erat. Bila ingin memdapat tanda mereka harus menyiapkan diri terlebih dahulu supaya pantas dan mampu menerjemahkan makna tanda itu secara benar. Orang yang jahat, yang tidak memiliki ketulusan untuk menyembah Tuhan, tidak akan mampu memahami tanda apapun dari Allah.
Kita adalah angkatan yang tengah hidup di era hingar-bingarnya tanda atau signal. Tapi apakah kitapun mampu menangkap tanda-tanda atau signal-signal dari Allah? Untuk menangkap signal dari Allah tentunya dibutuhkan kesiapan hati, karena signal Allah hanya mampu ditangkap oleh orang yang mencari Dia dengan tulus hati.
Masa prapaskah yang sedang kita jalani sekarang ini merupakan moment yang pas untuk menyiapkan hati kita agar mampu menangkap signal dari Allah. Untuk itu kita harus bisa tenang. Harus bisa keluar dari hingar-bingar signal dunia ini untuk lebih focus memantapkan hati kita dalam manangkap signal dari Allah. Mari kita berusaha menyisihkan sedikit saja waktu untuk meninggalkan kesibukan-kesibukan duniawi kita, untuk sejenak mengasah nurani kita dengan aktivitas rohani yang dapat membuat kita lebih dekat dan peka terhadap signal lembut dari Allah. Apakah kita masih punya waktu untuk berdoa dan merenungkan sabda Tuhan setiap hari secara rutin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar