Jumat, 18 November 2011

Silent is Gold



BINA ROHANI

“Diam itu emas”. Silent is Gold. Ini adalah kata-kata besar yang melahirkan gagasan yang besar. Para pemikir besar selalu melahirkan pemikiran-pemikiran yang cemerlang ketika mereka mengambil waktu untuk berdiam diri. Penemuan-penemuan spektakuler datang dari kerja keras dan ketekunan yang berlangsung dalam ketenangan. Seorang tukang emas menciptakan perhiasan yang memukau mata ketika dia mengukir emasnya dalam diam. Di dalam diam dan keheningan, ada kedekatan emosional dan spiritual antara apa yang kita kerjakan dan kita yang mengerjakan pekerjaan itu. Sehingga tidak mengherankan bila seseroang bisa lupa waktu bila sedang diam menekuni sesuatu.

Alampun bertumbuh dalam diam. Benih jatuh ke tanah, masuk dalam tanah, terkubur diam dan bertumbuh perlahan-lahan, tanpa suara, tanpa orang lain tahu. Kita bangun pagi dan menemukan tunas yang mulai muncul. Daun yang mulai bertambah. Dahan yang bercabang. Batang yang membesar dan akhirnya menjadi sebatang pohon.

Kehingan adalah satu syarat mutlak bila kita ingin masuk dalam latihan Rohani yang mendalam. Dengan suasana yang relatif diam dan tenang, kita dapat masuk lebih dalam ke ruang rohani kita untuk melihat kedalaman spiritual kita.

Rohani harus mendapat pembinaan karena rohlah yang menggerakan seluruh diri kita. Ada tiga unsur dalam diri manusia, yakni tubuh, roh dan jiwa. Tubuh mencakup aspek material yang bisa diindrai dari diri seseorang. Misalnya kepala, kaki, tangan, hati jantung rambut dan telinga, serta organ tubuh lainnya. Roh adalah aspek spiritual atau mental yang tidak dapat diindrai secara kasat mata tapi sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup seorang manusia. Misalnya pemikiran, hasrat, kemauan, tanggung jawab, disiplin dan lainnya. Jiwa adalah aspek kerohanian yang mengarahkan manusia untuk bergantung dan mencari penciptanya.

Dengan pembinaan rohani diharapkan mental seseroang akan lebih terasah sehingga ia dapat bersikap secara dewasa dan lebih bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang lain sebagai satu keluarga besar.

Silent is Gold


BINA ROHANI

“Diam itu emas”. Silent is Gold. Ini adalah kata-kata besar yang melahirkan gagasan yang besar. Para pemikir besar selalu melahirkan pemikiran-pemikiran yang cemerlang ketika mereka mengambil waktu untuk berdiam diri. Penemuan-penemuan spektakuler datang dari kerja keras dan ketekunan yang berlangsung dalam ketenangan. Seorang tukang emas menciptakan perhiasan yang memukau mata ketika dia mengukir emasnya dalam diam. Di dalam diam dan keheningan, ada kedekatan emosional dan spiritual antara apa yang kita kerjakan dan kita yang mengerjakan pekerjaan itu. Sehingga tidak mengherankan bila seseroang bisa lupa waktu bila sedang diam menekuni sesuatu.

Alampun bertumbuh dalam diam. Benih jatuh ke tanah, masuk dalam tanah, terkubur diam dan bertumbuh perlahan-lahan, tanpa suara, tanpa orang lain tahu. Kita bangun pagi dan menemukan tunas yang mulai muncul. Daun yang mulai bertambah. Dahan yang bercabang. Batang yang membesar dan akhirnya menjadi sebatang pohon.

Kehingan adalah satu syarat mutlak bila kita ingin masuk dalam latihan Rohani yang mendalam. untuk. Dengan suasana yang relatif diam dan tenang, kita dapat masuk lebih dalam ke ruang rohani kita untuk melihat kedalaman spiritual kita.

Rohani harus mendapat pembinaan karena rohlah yang menggerakan seluruh diri kita. Ada tiga unsur dalam diri manusia, yakni tubuh, roh dan jiwa. Tubuh mencakup aspek material yang bisa diindrai dari diri seseorang. Misalnya kepala, kaki, tangan, hati jantung rambut dan telinga, serta organ tubuh lainnya. Roh adalah aspek spiritual atau mental yang tidak dapat diindrai secara kasat mata tapi sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup seorang manusia. Misalnya pemikiran, hasrat, kemauan, tanggung jawab, disiplin dan lainnya. Jiwa adalah aspek kerohanian yang mengarahkan manusia untuk bergantung dan mencari penciptanya.

Dengan pembinaan rohani diharapkan mental seseroang akan lebih terasah sehingga ia dapat bersikap secara dewasa dan lebih bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang lain sebagai satu keluarga besar.