Kamis, 28 Februari 2013

DERMA


Seorang kaya berpesan supaya dompet besar berisi mata uang emas dimasukan ke dalam peti mayatnya. waktu masuk surga, ia bertanya kepada malekat yang menjual makanan yang sangat enak: "Bungkusan nasi ini berapa harganya?" Malaikat menjawab: "Satu Dinar." lalu, ia bertanya lagi: Pisang ini berapa harganya?" Jawab Malaikat: "Sedinar saja" Si kaya berpikir, makanan enak di surga benar-benar murah. lalu ia memilih sepuluh macam makanan dan bermaksud membayarnya dengan uang emas, yang jauh lebih berharga dari seribu dinar. tetapi malaikat menolak menerima uang emasnya dan berkata:
"Tuan kurang mengerti." si kaya bertanya: "Apa uang emasku tak cukup?"
Malaikat menjawab: "Di surga kami tidak menerima uang yang dicari, tetapi hanya uang yagn pernah didermakan."
(dari, Ke Sruga atau ke neraka, A. Hueken, SJ)

Kamis, 31 Januari 2013

Bapa Kami


Doa Bapa Kami
Ketika kita menetapkan urutan dalam menentukan skala prioritas dan degradasi kebutuhan. Pasti yang nomor satu adalah hal paling utama dan penting yang mendapat perhatian penuh. Begitupun nomor dua, tiga dan seterusnya.
Padahal untuk mencapai nomor satu, sebenarnya nomor paling akhir harus mendapat porsi pemenuhan terlebih dahulu. Misalnya bila orang membangun rumah. Bagian puncak atap adalah bagian  yang sangat sentral dalam sebuah rumah. Untuk mencapai itu, fondasi sebagai yang dasar sebenarnya harus dibangun terlebih dahulu.
Karena itu urutan penyelesaian suatu persoalaan atau kebutuhan mestinya harus dimulai dari nomor terakhir dan terus nanti berpuncak pada nomor yang paling pertama.
Inilah pelajaran lain yang kita peroleh dari doa Bapa Kami. Dimuliakan NamaMu ada diurutan pertama dari doa Bapa Kami. Inilah tujuan pertama dan utama dari hidup manusia. Namun tujuan utama harus menjadi puncak. Pemuliaan Nama Allah harus dimulai dari hal-hal konkret yang langsung dialami oleh manusia yaitu bebaskanlah kami dari yang jahat.
Demikianpun urutan “Berilah kami rejeki pada hari ini”, didoakan mendahului “ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Tetapi supaya bias menadapat rejeki orang sebaiknya saling bermaafkan dulu. Relasi persudaraan harus dibenahi dahulu sehingga dengan relasi persaudaraan yang baik ini bias mendatangkan rejeki yang berlimpah. Pertama karena hubungan pertemanan yang semakin baik, dan kedua karena diberkati oleh Allah sendiri. Bukankah perasaan lega karena memperoleh pengampunan adalah suatu condition sine qua non yang baik bagi landasan dalam memulai suatu usaha. Orang yang berusaha dengan pikiran dan hati yang tenang akan lebih mudah mencapai kesuksesan ketimbang orang yang selalu dikejar-kejar perasaan bersalah.
Karena itu, memang benar mari kita membuat urutan skala prioritas dari yang paling utama sampai yang tak begitu penting. Tapi harus selalu dingat bahwa supaya yang utama tadi dapat tercapai dengan baik, pemenuhan akan yang tidak begitu utama harus lebih dahulu dituntaskan.